Tarian indah yang dalam bahasa jawanya itu adalah Tari Bedaya Ketawa ini dipertunjukannya saat akan upacara peringatan dari kenaikan tahta raja. Selain dipertunjukkan ketika penobatan juga diselenggarakan untuk Tingalandalem Jumenengan dari Sunan Surakarta. Dari mana sebetulnya nama Bedaya ini yang akhirnya digunakan sebagai nama tarian? Bedaya itu berasal dari Bedhaya dengan arti yaitu penari wanita yang berasal dari istana. Untuk ketawangnya sendiri itu memilik arti langit atau hal – hal yang tinggi, kemuliaan sampai dengan keluhuran. Karena arti dari tarian tersebut benar – benar mengagungkan tarian ini, sebab memang tarian ini begitu sakral dan juga suci.

Ini disebabkan tarian ini menyangkut Ketuhanan, bahwa apa pun yang sudah terjadi itu tidak bisa terjadi bila tidak akan campur tangan Tuhan Yang Maha Esa di dalamnya. Sehingga tarian ini bukanlah tarian sembarang yang dilakukan, karena makna yang dimiliki itu begitu dalam. Para penari dari tari Bedaya Ketawang ini menggunakan busana dodot ageng atau bisa disebut denngan basahan. Yang dimana itu adalah busana yan biasanya dipakai oleh penganti perempuan Jawa. Dengan gelungan yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan gaya Yogyakarta ini, menghiasi kepala para penarinya. Juga terdapat hiasan yang memberikan kesan lebih cantik dan elegant. Selain itu Tari Bedaya Ketawang ini mempunyai fakta – fakta menarik yang harus kamu ketahui, simak ulasannya berikut ini.

1.Dipertunjukkan Ketika Upacara Kenaikan Tahta Raja

Dipertunjukkan Ketika Upacara Kenaikan Tahta Raja

Konon katanya lahirnya tarian Bedaya Ketawang ini berasal dari pertapaan yang sedang dilakukan oleh Panembahan Senapati ini dipertemukan dengan ratu Kencasari atau yang kamu kenal dengan nama Kanjeng Ratu Kidul, tetapi ini bukanlah Nyi Roro Kidul yang melegenda tersebut. Tetapi keduanya memang sering disamakan, padahal mereka itu sangat berbeda. Pertemuan yang terjadi tersebut membuat mereka saling bercinta dan munculkan tarian suci ini.

Ketika itu sedang terjadi pembagian harta warisan pada tahun 1755, yang terjadi sesudah perjanjian Giyanti. Pembagian harta warisan tersebut diserahkan oleh Kesultanan Mataram dan diterima oleh Pakubuwono III serta Hamengkubuwono I. Tidak warisan berupa harta tetapi warisan berupa budaya pun akhirnya diberikan yaitu Tari Bedaya Ketawang. Sehingga tarian ini dipertunjukan ketika upacara kenaikan tahta sultan Kasunanan Surakarta.

2.Ekspresi Rasa Cinta Nyai Roro Kidul

Ekspresi Rasa Cinta Nyai Roro Kidul

Ada yang mengatakan bahwa tarian ini mengkisahkan hubungan raja – raja Mataram dengan Nyai Roro Kidul. Tembang yang mengiringi tarian ini merupakan isi dari curahan hati seorang Nyai Roro Kidul yang diperuntukan untuk sang raja. Gerakan tarian dari Bedaya Ketawang ini, berasal dari gerak tubuh Nyai Roro Kidul yang sedang merayu sang raja.

Gerakannya itu memang sangat halus, sehingga orang – orang yang tidak mengerti tidak dapat menangkap maksud dari tarian tersebut. Dengan Sembilan penari perempuang yang membawakannya ini, didandani seperti seorang mempelai yang akan dipertemukan. Terdapat cerita yang menjadi kepercayaan masyarakat sampai sekarang, bahwa penari kesepuluh akan hadir saat tarian ini dimainkan yaitu Nyai Roro Kidul.

3.Syarat Menjadi Penari

Syarat Menjadi Penari

Karena tarian ini merupakan tarian yang sakral dan suci, sehingga tidak sembarang penari dapat menarikannya. Terdapat syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi penarinya, yaitu perempuan yang akan menjadi penari ini haruslah suci perawan serta tidak sedang menstruasi. Ketika penari tersebut sedang  menstruasi, penari tersebut harus meminta izin Nyai Roro Kidul di panggung sang buwana, Kraton Surakarta dengan melakukan caos dhahar.

Memang syarat utama itu para penari tersebut haruslah suci, sebab menurut kepercayaan saat sedang melakukan latihan tarian ini Nyai Roro Kidul akan menghadiri dan melihat para penari tersebut bila gerakannya masih ada yang salah.

Itulah sekilas tentang Tari Bedhaya dan fakta menariknya.